Tuesday, June 5, 2007

Bunga SBI Turun

Bunga SBI Turun ke 10,68 Persen

Jakarta, Kompas - Berdasarkan lelang Rabu (21/5), bunga (rata-rata tertimbang tingkat diskonto) Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berjangka satu bulan turun menjadi 10,68 persen, dari sebelumnya 10,80 persen. Lelang SBI berjangka satu bulan kemarin menyerap dana Rp 23 triliun atau 62,84 persen dari jumlah lelang yang diterima Bank Indonesia (BI).
Sementara itu, posisi cadangan devisa pada pekan kedua Mei 2003 meningkat 168,9 juta dollar AS menjadi 34,02 miliar dollar AS. Kenaikan itu terutama berasal dari penerimaan minyak dan gas (migas). Sementara, posisi uang primer per 14 Mei 2003 tercatat Rp 127,15 triliun atau meningkat Rp 1,11 triliun dari posisi 7 Mei 2003.
Tak realistis
Menteri Keuangan Boediono menyatakan, penurunan bunga SBI tiga bulan sampai 10 persen akhir 2003, masih dimungkinkan. Akan tetapi, jika dikatakan dapat turun sampai di bawah 10 persen atau sekitar 6 persen itu sesuatu yang tidak realistis.
Menneg Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas Kwik Kian Gie dan pengamat ekonomi Faisal Basri di sela-sela sebuah seminar di Jakarta mengemukakan, penurunan bunga SBI menjadi di bawah 10 persen akhir 2003-sebagaimana ditargetkan Gubernur BI Burhanuddin Abdullah-tidak akan menyelesaikan masalah.
Penurunan bunga SBI itu tidak akan berpengaruh pada sektor riil. Menurut Kwik, sebelum krisis, suku bunga lebih tinggi dibandingkan saat ini. "Ternyata meskipun suku bunga kredit terus turun dari sekitar 20 persen sampai menjadi sekarang ini (17-18 persen), toh sektor riil tidak bergerak juga. Tampaknya ada faktor lain yang belum kita ketahui," katanya.
Bagi perbankan, lanjut Kwik, penurunan bunga SBI relatif tidak menjadi masalah. "Yang krusial, kalau bunga dibuat terlalu rendah dan inflasi lebih tinggi dari suku bunga, akan terjadi pelarian modal ke luar negeri. Orang akan berpikir lebih baik mendepositokan uang di luar negeri," ujarnya.
Faisal mengatakan, pemecahan persoalan belum mengucurnya kredit bank untuk menggerakkan dunia usaha bukan pada menurunkan suku bunga SBI. "Artinya, jangan target akhirnya adalah menurunkan suku bunga. Suku bunga otomatis akan terus-menerus turun kalau BI bisa menjaga inflasi dengan baik. Menurunkan suku bunga itu bukanlah kerjaan BI," kata Faisal.
Agar sektor riil dapat memperoleh kredit untuk memutar usaha, lebih dulu diperlukan penyehatan sektor perbankan. "Bagaimana caranya tiga bank besar, yaitu Bank Mandiri, BCA, dan Bank Danamon meningkatkan penyaluran kredit. Kalau pasokan kredit semakin besar, tingkat suku bunga kredit akan turun. Sekarang ini kan pasokan kredit kecil tetapi permintaan kredit banyak sehingga bunganya tinggi," ujarnya.
Dana panas
Pengamat perbankan dari Bahana Securities Mirza Adityaswara mengatakan, pencapaian tingkat bunga SBI hingga di bawah 10 persen tergantung pada inflasi dan suku bunga riil yang ditentukan BI. Penentuan bunga SBI di bawah 10 persen dapat juga dijadikan alat untuk menyaring dana panas (dana jangka pendek) yang masuk. Jika suku bunga SBI masih 14 persen, banyak dana panas masuk.
Dengan turunnya suku bunga SBI, suku bunga kredit juga akan turun meskipun tak secepat bunga SBI. Turunnya suku bunga SBI juga akan membantu korporasi, mendorong pertumbuhan kredit, mengurangi beban anggaran pemerintah, dan membantu debitor.
"Kalau perbedaan suku bunga Indonesia dan luar negeri terlalu tinggi akan banyak sekali modal asing yang masuk, tetapi untuk jangka pendek. Dengan diturunkannya suku bunga SBI Indonesia, berarti modal jangka pendek yang masuk Indonesia lebih tersaring. Kita mau yang masuk itu dana jangka panjang," katanya.
Segera turunkan
Diakui Mirza, kalau untuk penanaman modal asing (PMA) masih akan memerlukan waktu. Namun demikian, setidaknya struktur modal yang masuk akan bergeser menjadi jangka yang lebih lama. "Saya dengar beberapa bank besar mau turunkan suku bunga. BCA bahkan akan turunkan sampai sekitar 15 persen," katanya.
Dirut Bank Danmon Arwin Rasyid menyatakan, jika suku bunga SBI di bawah 10 persen, suku bunga kredit akan berada di kisaran 15-16 persen.
Chief Economist Bahana Securities Budi Hikmat menilai, penurunan suku bunga SBI tiga bulan menjadi 10,68 persen istimewa, sebab biasanya setelah liburan panjang BI cenderung menyedot kelebihan likuiditas sehingga penurunan SBI tidak terlalu besar. Tindakan BI menurunkan bunga diduga terkait dengan posisi uang primer, yakni Rp 126 triliun atau di bawah target Juni 2003 sebesar Rp 134,5 triliun atau bahkan Maret 2003 yang Rp 129 triliun.
"Pasar tampaknya sangat terpengaruh pernyataan Gubernur BI untuk menurunkan bunga SBI di bawah 10 persen hingga akhir tahun. Penguatan rupiah mempermudah BI menyedot likuiditas dengan yield lebih rendah. Dengan masih ada 32 kali lelang lagi hingga akhir tahun, berarti hanya dibutuhkan penurunan kurang dari 3 basis poin sepekan supaya bunga SBI di bawah 10 persen,"
(Ahmad Arif Maulana – AKA Consultant)

No comments: